Pembelajaran berbasis projek lintas disiplin yang difokuskan kepada problem solving. Projek didesain agar peserta didik dapat melakukan investigasi, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Oleh karena itu, prinsip dari P5 adalah; 1). Holistik, yang memandang sesuatu secara utuh dan saling berhubungan. 2) Kontekstual, yang berdasarkan pengalaman nyata agar peserta didik dapat dapat menjadikan lingkungan sekitar dan realitas kehidupan sehari-hari sebagai bahan utama pembelajaran. 3) Berpusat pada peserta didik, 4) Eksploratif.
Bagaimana Tahapan Pelaksanaan Projek?
Memulai dengan perancangan projek.
Ada hal yang harus dilakukan pada tahap awal ini, yaitu menentukan alokasi waktu dan dimensi, membentuk tim fasilitator, mengidentifikasi tingkat kesiapan satuan pendidikan, memilih tema dan topik, dan membuat Modul Ajar (MA).
1. Alokasi Waktu dan Dimensi
Pimpinan satuan pendidikan menentukan
waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek dan dimensi per topik untuk mencerminkan sebaran
pelaksanaan proyek di satuan pendidikan. Penentuan
periode pelaksanaan untuk setiap topik proyek yang dipilih dapat disesuaikan dengan pembahasan topik tersebut. Durasi dapat dipilih dari 2 minggu hingga 3
bulan, tergantung pada tujuan dan
kedalaman topik penelitian. Jika sektor pendidikan bertujuan untuk
memberikan dampak pada lingkungan di luar sektor pendidikan, periode
pelaksanaan proyek mungkin lebih lama. Di luar masa pelaksanaan proyek, Dinas
Pendidikan mendesain ulang rencana belajar mengajar seperti biasa. Merujuk kepada Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 162/M/2021
tentang Program Sekolah Penggerak, secara umum
ketentuan total waktu projek adalah sekitar 20-30%. Beban
peserta didik per tahun adalah sebagai berikut:
2. Membentuk Tim Fasilitator
Pimpinan satuan pendidikan akan menunjuk seorang pendidik untuk menjadi anggota tim fasilitator proyek. Tugasnya merencanakan proyek, membuat modul
proyek, mengelola proyek dan mendampingi peserta didik dalam proyek untuk
meningkatkan profil pelajar Pancasila .Tergantung pada tingkat kesiapan satuan
pendidikan, jumlah dimensi yang dipilih dapat ditambah jika penanggung jawab
satuan pendidikan mempunyai pengalaman dalam melaksanakan kegiatan berbasis
proyek. Koordinatornya dapat berupa wakil kepala
satuan pendidikan atau pendidik yang
berpengalaman dalam pengembangan dan pengelolaan proyek. Jika terdapat sumber daya manusia yang
memadai, tunjuk seorang koordinator dari
setiap kelas.
3. Identifikasi Tahapan Kesiapan Satuan Pendidikan
Pimpinan satuan pendidikan dapat menilai
tahap pelaksanaan P5 berdasarkan tingkat
kesiapan satuan pendidikan sebagai berikut.
4. Pemilihan Tema dan Topik
Tim fasilitator bersama pimpinan satuan pendidikan memilih minimal 2
tema (Fase A, B, C) dan minimal 3 tema (Fase D, E, F) dari 7 tema yang
ditetapkan oleh Kemendikbud-Dikti untuk dijalankan dalam satu tahun ajaran
berdasarkan isu yang relevan di lingkungan peserta didik. Tema yang belum dilakukan di tahun sebelumnya dan dapat mengulang siklus setelah semua tema sudah dipilih.Adapun daftar temanya adalah sebagai berikut;
- Gaya Hidup Berkelanjutan (SD-SMA/SMK). Memahami dampak dari aktivitas manusia, baik jangka pendek maupun panjang, terhadap kelangsungan kehidupan di dunia maupun lingkungan sekitarnya.
- Kearifan lokal (SD-SMA/SMK). Membangun rasa ingin tahu dan kemampuan inkuiri melalui eksplorasi tentang budaya dan kearifan lokal masyarakat sekitar atau daerah tersebut, serta perkembangannya
- Bhinneka Tunggal Ika (SD-SMA/SMK). Mengenal belajar membangun dialog penuh hormat tentang keberagaman kelompok agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat sekitar dan di Indonesia serta nilai-nilai ajaran yang dianutnya.
- Bangunlah Jiwa dan Raganya (SMP-SMA/SMK). Membangun kesadaran dan keterampilan untuk memelihara kesehatan fisik dan mental, baik untuk dirinya maupun orang sekitarnya.
- Suara Demokrasi (SMP-SMA/SMK). Dalam “negara kecil” bernama satuan pendidikan, sistem demokrasi dan pemerintahan yang diterapkan di Indonesia dicoba untuk dipraktikkan, namun tidak terbatas pada proses pemilihan umum dan perumusan kebijakan.
- Berekayasa dan Berteknologi untuk Membanguan NKRI (SD-SMA/SMK). Berkolaborasi dalam melatih daya pikir kritis, kreatif, inovatif, sekaligus kemampuan berempati untuk berekayasa membangun produk berteknologi yang memudahkan kegiatan dirinya dan juga sekitarnya.
- Kewirausahaan (SD-SMA/SMK). Mengidentifikasi potensi ekonomi di tingkat lokal dan masalah yang ada dalam pengembangan potensi tersebut, serta kaitannya dengan aspek lingkungan, sosial, dan kesejahteraan masyarakat.
- Dari tema besar, tim fasilitator projek (dapat juga bersama
peserta didik) menentukan ruang lingkup isu yang spesifik sebagai projek.
5. Merancang Modul Projek
Tim fasilitator bekerja sama dalam merancang modul projek dan berdiskusi dalam menentukan
elemen dan subelemen profil, alur kegiatan projek, serta tipe asesmen yang
sesuai dengan tujuan dan kegiatan projek. Apabila sudah memilih tema, maka tentukan dimensi Profil Pelajar Pancasila, bersamaan dengan elemen dan sub elemen. Kemudian membuat asesmen dalam projek. Terdapat banyak kendala dalam penyusunan asesmen ini. Baiknya kita pelajari terlebih dahulu alur dari asesmen, dengan posisi kita sudah memahami kesinambungan alur perkembangan dimensi untuk setiap sub-elemen Profil Pelajar Pancasila. Pertama, tentukan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan alur perkembangan dimensi). Misal dalam fase D yang tercantum, “Menjelaskan perubahan budaya seiring waktu dan sesuai konteks, baik dalam skala lokal, regional, dan nasional. Menjelaskan identitas diri yang terbentuk dari budaya bangsa.” bisa kita integrasikan ke dalam Sub-elemen: Mendalami budaya dan identitas budaya dari Elemen: Mengenal dan menghargai budaya. Elemen tersebut ada pada Dimensi Berkebinekaan Global. Kedua, rancang indikator yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Misal dalam dimensi Berkbhinekaan global, salah satu indikatornya adalah "Mampu merefleksikan identitas diri yang terbentuk dari keragaman budaya di nusantara”. Ketiga, susun strategi asesmen, dengan cara apa peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dan perilaku yang sesuai dan dengan cara apa pendidik bisa mengukur kemampuan peserta didik tersebut. Pilihannya adalah; soal tertulis, kuis, jurnal, lembar observasi, rubrik, portofolio kinerja. Keempat, Olah hasil asesmen dan bukti pencapaian peserta didik dari asesmen tersebut. Hasil asesmen bisa didapatkan dari skor tes, isian lembar ceklis/observasi, identifikasi rubrik (contoh rubrik. Bukti pencapaian dapat berupa produk belajar seperti catatan, lembar jawaban, hasil karya, foto/rekaman saat melakukan pekerjaan, dan sebagainya. Kelima, susun rapor projek. Tentukan pencapaian peserta didik dan deskripsikan catatan prosesnya dalam satu paragraf.
Setelah melakukan perancangan, maka berikutnya projek mulai dikelola. Lantas, bagaimana caranya supaya projek berjalan lancar?
Proses pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan
inti, kegiatan penutup, dan keterlibatan mitra (bila ada). Dalam mengawali kegiatan projek, pendidik dapat memulai dengan mengajak peserta didik terlibat dengan cara menginstruksikan mereka untuk melihat situasi nyata dalam keseharian yang dapat memancing perhatian sejak pertama kali projek dilangsungkan. Strateginya adalah, mulai dengan memberi mereka pertanyaan pemantik. Pertanyaan pemantik adalah pertanyaan yang memancing rasa keingintahuan peserta didik, yang nantinya bisa mendorong mereka untuk bereksplorasi. Ketika memasuki kegiatan inti maka pelaksanaan projek harus dioprimalkan. Pada kegiatan ini, strategi yang bisa digunakan sebagai fasilitator adalah mendorong keterlibatan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran. Bagaimana pun caranya, jadikan pembelajaran menjadi student-centered. Fasilitator jua dapat menyediakan ruang dan kesempatan bagi mereka untuk berkembang. Apabila sudah selesai, maka pendidik mengakhiri projek dengan merancang perayaan belajar dan melakukan refleksi tindak lanjut. Perayaan belajar adalah kegiatan di mana peserta didik dapat mempresentasikan produk atau hasil belajarnya di depan khalayak baik dari pihak orang tua maupun pihak lain. Di sini pendidik menjadi mentor untuk mendampingi keberlangsungan acara agar proses berjalan dengan penuh apresiasi dan menghargai. Sedangkan refleksi tindak lanjut tidak hanya di akhir kegiatan saja melainkan di tengah pelaksanaan juga. Namun dalam hal ini, yang dimaksud refleksinya dilakukan secara tertulis ataupun verbal.
Selanjutnya, melaporkan hasil projek, dengan jurnal pendidik, portofolio peserta didik, dan rapor.
Dengan adanya jurnal, maka pendidik dapat menunjukan perkembangan peserta didik yang bisa menjadi alat refleksi secara berkala. Kemudian portofolio peserta didik tentu dapat mendorong peserta didik untuk mengenali potensi dan kekuatannya dari hasil-hasil yang sudah dilakukan. Terakhir, rapor projek. Rapor terdiri dari hasil penilaian terhadap performa peserta didik. Penilaian dari rapor projek memadukan antara pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai satu komponen. Deskripsi juga disampaikan menyelruh tanpa membedakan aspek-aspek tersbut.
Setelah semua dilakukan, tiba saatnya untuk mengevaluasi implementasi projek.
Hal yang harus diperhatikan dalam evaluasi ini adalah bahwa evaluasi bersifat menyeluruh dan bukan hanya terhadap pembelajaran peserta didik saja melainkan terhadap proses pendidik dan satuan pendidikan juga. Evaluasi implementasi projek fokus kepada proses dan bukan hasil akhir. jadi tolok ukurnya adalah perkembangan danpertumbuhan diri peserta didik, pendidik, dan satuan pendidikan. Libatkan peserta didik dalam evaluasi agar evaluasi lebih menyeluruh.
0 Komentar