Ruh pendidikan terletak di kurikulum dan
tak akan pernah bisa dipisahkan, karena kurikulum menempati posisi sentral
dalam seluruh ragam kegiatan pendidikan, dengan menyesuaikan bersama kondisi
yang ada
Tujuan Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka dirancang karena adanya kondisi krisis pendidikan pasca endemi. Konsep kurikulum ini berdasarkan pada ide dari Bapak Pendidikan, Ki Hajar Dewantara, bahwa pembelajaran dilaksanakan secara bebas sehingga peserta didik merasa mendapat dorongan untuk mengeksplorasi pengetahuannya dan terciptalah karakter yang merdeka. Inti dari merdeka belajar ini adalah mengembalikan pengelolaan pendidikan ke arah yang lebih fleksibel serta berfokus pada pengembangan sumber daya manusia. Melalui perubahan kurikulum ini diharapkan terjadinya perubahan dalam dunia pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter dan keterampilan berdasarkan kompetensi. Penerapan pembelajaran dalam kurikulum merdeka dianggap mampu mendukung pemulihan pembelajaran sebagai pengembangan karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
Ketika Kurikulum Merdeka Mulai Diterapkan...
Penerapan kurikulum merdeka disebut dengan
Kurikulum Prototipe. Sekolah yang diujicobakan kurikulum ini adalah sebanyak
2500 sekolah yang disebut sebagai Program Sekolah Penggerak (PSP). Penelitian
yang dilakukan oleh
Kurikulum merdeka telah ditetapkan pada tanggal 10 Desember 2019. Terdapat empat kebijakan dari merdeka belajar, yakni sebagai berikut; 1) pergantian USBN menjadi ujian sekolah yang lebih komprehensif dan memberikan kebebasan kepada guru untuk menilainya. 2) Ujian nasional berubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survei karakter. 3) Penyederhanaan dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang awalnya 13 komponen menjadi 3 komponen saja (tujuan, kegiatan, dan asesmen). Dalam melakukan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), Kemendikbudristek memberikan tiga buah opsi untuk setiap sekolah dalam melangsungkannya, yaitu dengan program Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi. Pilihan Mandiri Belajar adalah penerapan pada PAUD, SD/MI kelas 1, 4, SMP/MTs Kelas 7, dan SMA/MA Kelas 10, tanpa mengganti kurikulum yang sedang diterapkan di satuan pendidikan tersebut, tetapi harus mengacu pada prinsip dasar Kurikulum Merdeka seperti penekanan kepada literasi, neumerasi, dan penguatan karakter. Pilihan Mandiri Berubah adalah penerapan IKM dengan menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan pada PAUD, SD/MI kelas 1, 4, SMP/MTs Kelas 7, dan SMA/MA Kelas 10. Setiap sekolah dapat menentukan perangkat ajarnya sesuai dengan kondisi yang terjadi. Pilihan Mandiri Berbagi adalah penerapan dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar di PAUD, SD/MI kelas 1, 4, SMP/MTs Kelas 7, dan SMA/MA Kelas 10. Pada opsi tersebut, sekolah dapat mengembangkan perangkat ajarnya sendiri yang lebih kreatif serta inovatif.
Tiga Opsi IKM |
Bagaimana Struktur Kurikulum Merdeka?
Bentuk struktur kurikulum merdeka terbagi menjadi tiga jenis, yaitu kegiatan intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar pancasila, dan kegiatan ekstrakurikuler. Struktur ini hanya mencakup dua poin utama jika dibebankan untuk proporsi SD/MI.
Berdasarkan keputusan Kemendikbudristek, bahwasannya fase-fase penerapan pada kategori SD/MI tergolong pada fase A, B, dan C. Fase A diperuntukan kepada kelas 1 dan 2 yang fokus pada pengembangan literasi & numerasi, fase B untuk kelas 3 & 4 dengan fokus ilmu pengetahuan dasar, dan fase C pada kelas 5 & 6. Sednagkan fase penerapan pada jenjang SMP/MTs adalah fase D yang berlaku untuk tiga kelas sekaligus. Dilanjut pada fase E untuk kelas 10, yang berfokus untuk peserta didik mengenali potensi bakatnya sendiri, fase F untuk kelas 11 & 12 yang berfokus kepada minat peserta didik yang dapat memilih mata pelajarannya sendiri.
Pembagian Fase dalam KM
Ada tiga perangkat
ajar yang baru dikembangkan dalam Kurikulum Merdeka, yaitu; 1) Modul Ajar (MA),
2) Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), yang merupakan komponen untuk menyusun
silabus. 3) Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Modul Ajar (MA)
adalah pengembangan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang diperinci
oleh tujuan, langkah, media pembelajaran, hingga asesmen yang digunakan.
Sedangkan ATP adalah komponen untuk menyusun ilabus, berisikan panduan guru dan
murid berupa rangkaian tujuan pembelajaran secara kronologis untuk mencapai
Capaian Pembelajaran (CP). Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
adalah projek lintas ilmu disiplin yang berbasis kebutuhan peserta didik dalam
suatu lingkungan satuan pendidikan yang berpedoman pada enam butir dimensi.
Rachmawati, N., Marini, A., Nafiah, M., & Nurasiah, I.
(2022). Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam Implementasi Kurikulum
Prototipe di Sekolah Penggerak Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu,
3613-3625.
Rahayu, R., Rosita, R., Rahayuningsih, Y. S., Hernawan, A.
H., & Prihatini. (2022). Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah
Penggerak. Jurnal Basicedu, 6313-6319.
Sumarsih, I., Marliyani, T., Hadiyansah, Y., Hernawan, A. H.,
& Prihatini. (2022). Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah
Penggerak Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 8248-8258.
0 Komentar